Minggu, 26 Oktober 2008

DARI WANAYASA,CIATER DAN LEMBANG BERPINDAH TEMPAT MENUJU PANGANDARAN,CIJULANG DAN BATU KARAS

“Kau bunuh hatiku saatku bernafas untukmu” (Tega- Glen Fredly)


“Cause I need you,like a dragonfly wings need the wind, like the orphan needs home once again, like heaven needs more to come in. I need you here like always been” (priceless- copeland)



Tepat sabtu pagi kemarin aku pergi bersama teman-temanku menuju Purwakarta. Pergi kali ini aku sedikit malas dikarenakan tidurku sebentar pada malam sebelum keberangkatanku. Kepergianku kali ini sungguh biasa-biasa saja dikarenakan Purwakarta tak sanggup menghibur jiwa malangku ini.

Memang Purwakarta saat itu tidak mampu memberikanku kesenangan buatku. Dan pada awalnya aku kesal tapi aku dapat memaafkannya kali ini. Dapat kumaafkan karena ternyata dari tetangganya yaitu Wanayasa, Ciater dan Lembang punya inisiatif sendiri untuk menghiburku. Itupun pada awalnya menghibur.


Malamnya di Purwakarta aku dan teman-temanku memutuskan untuk pulang sebelum fajar tiba. karena intinya kita tidak mendapatkan hal yang baru disana. Kita pergi sesuai kesepakatan dan mulailah perjalanan pulang kita berawal. Pagi kala itu buatku begitu menyegarkan dan menyejukan. Karena terasa sekali begitu mesranya pepohonan,rerumputan dan kicauan burung menyambutku saat itu.Sudah begitu mesranya, aku juga dimanjakan oleh tarian kabut tipis yang menari-nari dipermukaan telaga.

Setelah setengah perjalanan pulang ternyata alam tidak bosannya untuk terus mengiringi kepulanganku. Kali ini matahari terbit dengan congkaknya. Sangat terang dan menghangatkan sehingga menambah kesan bahwa dirinyalah yang membuat disekelilingku tampak hijau dan memukau. Aku memuja semua yang kulihat dan kurasakan saat itu sampai-sampai aku berteriak dan membuat gema di setiap celah dan sudut tempat yang kulewati yang berisi rasa girang dan hilangku. Girang karena terpukaunya diriku melihat keindahan alam dan kehilangan karena wanita yang sangat kukasihi sudah tidak ada dalam pandanganku.

Dalam teriakanku rasanya waktu berputar kembali ke tangggal 6 September 2007. Ketika aku pergi bersamanya untuk bersenang-senang di alam terbuka. Yang ada disana hanya ada perasaan bahagia dari kita. Karena untuk pertama kalinyalah kita pergi keluar kota berdua.

Aku akui ingatan itu terpatri mantap di dalam ingatanku. Dalam semua hal yang pernah kita lakukan dulu disana dari hal yang romantis hingga hal yang bodoh. Jadi apakah kamu ingat kita pernah melakukan pembicaraan dengan seorang nenek yang dirinya termasuk salah satu korban dari amukan Tsunami yang selamat? Apakah kamu pernah ingat sewaktu kita tidak diberikan selimut di tempat penginapan kita lantas aku rela menjadikan tubuhku menjadi selimutmu di sepanjang malam tidur kita? Apakah kamu pernah ingat kamu dulu pernah semangat sekali memboncengiku dengan batrix lantas terlihat orang bahwa aku pria aneh, karena diboncengi,membawa tas wanita dan memegangmu sangat erat?apakah kamu pernah ingat kita menunggu matahari terbenam sambil ditemani pasir basah dan deburan ombak?apakah kamu pernah ingat ketika kita mengabadikan diri kita di pesisir pantai dengan menggunakan handphone bututku? Apakah kamu pernah ingat kita main ayunan? Apakah kamu pernah ingat kita dapat kemudahan dalam pembiyaan travel yang mengantarkan kita ke banyak tempat? Apakah kamu pernah ingat kita berkunjung ke tempat produksi gula merah yang bahan bakunya dari air nira? Apakah kamu pernah ingat kita melihat dalang yang pintar berbahasa Inggris itu memainkan wayang goleknya? Apakah kamu pernah ingat kamu mau menikah denganku di Green Canyon saat waktunya tiba nanti? Apakah kamu pernah ingat betapa kau terpukaunya melihat laju air yang terpantul sinar matahari sehingga seperti kaca bening kita melihatnya? Apakah kamu pernah ingat kita melihat ikan yang bisa hidup daratan? Apakah kamu ingat sesampainya di Batu Karas aku anggap pantai tersebut biasa-biasa saja? Apakah kamu pernah ingat aku terjatuh di karang lantas berdarah dan kamu hanya tertawa saja karena aku disitu terlihat bodoh? Apakah kamu pernah ingat kamu tidak membolehkanku minum bir saat itu? Apakah kamu pernah ingat disaat kedua orang bule itu makan kepiting saus tiram kita hanya makan bala-bala saja? Apakah kamu pernah ingat selama kepulangan kita kamu tertidur dari awal perjalanan hingga akhir perjalanan di pundakku?

Masih ingatkah kamu bahwa sampai saat ini aku masih mencintaimu, Mengharapkan datangnya kamu ke dalam dekapanku lagi?Masih ingatkah?

Kecerahan bintang yang tinggal sebongkah sisa gelap

“ Makhluk yang bernama Manusia itu agaknya gila. Ia mustahil menciptakan seekor ulat sekalipun, tapi ia menciptakan lusinan tuhan “ (Montaigne)



Euphoria tuhan yang didendangkan lewat tarekat-tarekat dan mistikisme lokal masing-masing daerah menurut ayahku muncul sewaktu era-era kolonial.Akibat dari ketidakberdayaan masyarakat dan ketiadaan materil yang mereka miliki. Mereka tidak punya pelipur lara buat dirinya lantas mereka melarikan diri dari kehidupan nyata dengan mencari sosok tuhan atau ratu adil yang selalu mereka percayai akan membantu keseluruhan hidup mereka.

Hingga saat ini warisan dari mereka yang terjajah dulu masih ada keberadaannya. Tapi, beda pemacunya, pemacunya saat ini ialah ketika baik seseorang maupun masyarakat mulai mapan dalam kehidupannya baik sandang,pangan,papannya tercukupi dan mempunyai banyak waktu luang maka dengan itulah mereka mencari sosok tuhan. Lewat kelas meditasi dan yoga di sebuah ashram, Ceramah dari kyai dan pendeta ditempat peribadatan dan wisata rohani ke Mekkah,Yerusalem dan kaki pegunungan Himalaya.

***

Asal mula aku tertarik terhadap spiritualitas ialah ketika aku duduk di bangku SMA. Saat itu aku selalu merasa diriku hampa dalam menjalani kehidupan. Padahal aku merasa diriku baik-baik saja. Uang jajan selalu ada di dompet,punya kekasih dan punya banyak teman. Tapi selalu saja gusar.

Karena hal itu aku tidak diam diri begitu saja melihat dan merasakan diriku seperti itu. Aku mulai mencari tahu. Awalnya aku mencari tahu dari buku. Hampir setiap harinya aku membaca buku yang berkaitan dengan permasalahan di dalam jiwaku. Dan hampir dalam setiap guratan yang tertulis di buku-buku tersebut aku terapkan dalam kehidupan harianku seperti meditasi, melakukan tarian Rumi dan puasa mutih. Awalnya aku sedikit puas tapi tetap saja tidak benar-benar puas. Aku merasa banyak mendapat kebaikan tapi tetap saja kegelisahan memburu diriku di setiap detiknya ketika aku menghirup dan membuang nafas.

Karena kegelisahan itu datang kembali aku memulai suatu perjalanan. Perjalanan yang membutuhkan tenaga, waktu luang dan uang pastinya. Perjalanan guna mencari orang yang sepemikiran denganku. Karena dengan perjalanan aku anggap, aku mungkin dapat mengenal lebih jauh sosok “diriku”.

Dalam perjalanan yang aku lalui saat itu, pada akhirnya memang aku mendapati orang yang sejenis diriku.Di berbagai tempat, baik di pedalaman maupun pesisir. Tetapi, tetap saja aku tidak puas dan masih tetap tidak bisa mengenal “diriku”, lagi-lagi diriku masih gelisah tak menentu. Hampir gila rasanya aku terbawa oleh perasaan ini. Seperti kita yang sedang berada di dalam perahu yang terombang-ambing ditendang kesana-sini oleh ombak yang begitu deras. Tidak ingin bunuh diri tapi juga tidak tahu apa yang harus dilakukan kedepannya.

Resah yang mendera jiwaku ini hampir selama 6 tahun kurasakan.Karena antara apa yang kupikirkan dan yang kualami tidak berkesinambungan geraknya. Hingga pada suatu saat ketika aku mulai berani menjelaskan permasalahanku dengan orang yang tidak sejenis dengan diriku tapi aku percaya dengan orang tersebut, aku malah mendapatkan pencerahan.

Pencerahan yang bukan berarti dia memberikanku wejangan terhadap hidupku melainkan justru dia mengobrak-abrik apa yang selama ini aku pikirkan mengenai “diriku” dan alam semesta. Anggapan yang pada mulanya membuatku terus berpikir tentang keberadaanNya sekarang sudah mulai aku biarkan begitu saja. Kubiarkan agar hidupku yang begitu singkat ini tidak termakan oleh hal yang bersifat imajiner.

Aku yakin keputusanku kali ini tidak menimbulkan dosa karena seandainya Dia Maha Tahu. Dia pasti sudah tahu kenapa aku memutuskan untuk tidak memikirkanNya. Pun jikalau Dia ada, aku juga sudah ditolak mentah-mentah untuk mengenal Dirinya, tidak ada pun sekarang jatuhnya aku tidak khawatir untuk meneruskan hidup.

Toh dengan keputusanku saat ini sekarang aku jadi lebih leluasa dalam menjalani hidup,lebih fokus dan tidak gusar lagi.

***

Sampai sekarang ayahku punya anggapan tersendiri terhadap individu-individu ataupun kelompok yang menggeluti dunia spiritual saja. Ayahku selalu menyampaikan kepadaku bahwa orang-orang tersebut ialah orang-orang yang lemah dan kalah. Karena pesan beliau aku jadi teringat di Rusia. Ketika kekaisaran Tsar memegang tampuk kekuasaan banyak sekte-sekte agama bermunculan, yang percaya akan turunnya sosok tuhan dengan wujud yang nyata. Entah apa itu buatan pemimpin sekte yang sudah bingung menampung kegelisahan jemaatnya yang terintimidasi oleh kekaisaran Tsar atau mungkin tuhan itu sendiri mewujud menjadi Lenin yang gagal dalam memaknai ajaran Marx yang sebenarnya?.

Senin, 22 September 2008

KUKENAKAN DUKAKU KEMARIN KULEPASKAN HARI INI JUGA DIA,TIDAK KUBUANG TAPI KU GANTUNG DIBELAKANG PINTU



Aku tidak bisa membantu kamu tapi aku yakin kamu kuat untuk menyelesaikannya”

Queen of the freak dance

“kamu terlalu ideologis, parah banget kamu po”

Tank Boy / political Hooligan

“buang targetan itu lalu hidup, makan, tidur”

Abdul Karim Al-Jabbar / Zorosastrowardoyo



Hampir dua minggu belakangan ini aku tidak bisa tidur, nafsu makan juga tidak ada. Kamar kost-an ku berantakan, baik debu maupun abu rokok bertebaran dimana-mana, buku-buku begeletakan tidak sesuai pada tempatnya.Buku-buku bergeletakan juga bukan berarti aku membaca buku tersebut hingga selesai melainkan aku hanya membacanya puluhan lembar, menutupnya kembali dan mencari buku lain.Aku merasa aneh dan aku bertanya dalam hati” apa yang menyebabkan diriku seperti ini?”. Selama dua minggu aku terus bertanya dalam diriku, aku juga berusaha mendiagnosa penyakitku lewat obrolan dengan teman-temanku. Dan aku mulai sedikit demi sedikit mendiagnosa penyakitku.

Aku baru ingat selepas aku dari Purwakarta aku banyak menargetkan sesuatu terhadap hidupku. Aku mau ini dan itu. Aku sangat semangat sekali untuk memantapkan targetan tersebut. Beberapa hari berjalan aku masih bisa menjalankan semuanya dengan semangat dan tentunya tidak lupa juga aku membanggakan targetanku kepada teman-teman di lingkarku. Pada awalnya semua berjalan sesuai dengan apa yang aku harapkan tapi seiring berjalannya waktu aku merasa tertekan oleh targetan itu. Aku malah berpikir sepertinya targetan mengenai hidupku bukan aku yang membuatnya karena aku merasa mendapat tekanan disaat menjalaninya, Aku sangat bingung kala itu.

***

Tank Boy salah seorang kawan di lingkarku yang mungkin sudah melihat perkembangan diriku dari SMA hingga di bangku kuliah. Memang seorang kawan yang terkadang aku mintai pendapatnya mengenai diriku.Dia berkata mengenai permasalahanku bahwa aku terlalu memikirkan tujuanku atau targetanku. Tanpa berpikir “kendaraan” apa yang akan aku gunakan untuk sampai di tujuanku. Aku memang sudah mulai menyicil dalam membuat sebuah “kendaraan” tapi kekuranganku apabila dalam proses perakitan tersebut aku mudah sekali tergoda untuk merakit sebuah “kendaraan” lain dan pada akhirnya dari suatu kekonyolan yang aku buat sendiri akibatnya ialah “kendaraan” yang aku rakit semuanya tidak ada yang selesai dan tujuanku tetaplah sebagai tujuan tidak pernah sampai “ketempat” tersebut dan buatku pribadi hal seperti ini menjadi salah satu penyakit kejiwaanku.

Memang, walaupun pedas perkataannya apabila Tank Boy mengkritik diriku tapi tetap saja aku menerimanya. Sampai-sampai Aku pernah berkata dengan dia “memang dunia ini buat orang-orang yang berani,berani dipermalukan oleh dirimu”, dia menanggapi dengan tegas “saya berusaha jujur terhadap diri saya”. Maka oleh karena hal itulah yang membuatku menerima baik dan buruknya diriku lewat pikiran dan perkataannya.

***

Berminggu-minggu aku di kamarku. Aku sudah bosan melihat kamarku yang berantakan, aku bosan menghirup wangi dupa yang tiap kali aku bakar disaat aku bermeditasi dan aku juga bosan memandangi wallpaper di komputerku yang menampilkan Madonna telanjang sambil mencium lelaki berambut panjang terurai.

Aku memutuskan untuk pergi. Aku pergi bersama wanita cantik. Dia cantik karena dia baik dan pemarah. Pada malam itu kita berdua memutuskan untuk makan malam. Aku dan dia tidak berdua pada malam itu karena tak disangka temanku juga sedang berada kawasan yang sama denganku. Teman yang sempat aktif di dalam gerakan revolusioner yang sekarang ini bekerja di Komisi Penyiaran Indonesia. Pada waktu itu kita makan malam bersama dan berceritera banyak hal. Watak kerasnya tak berubah apalagi tatapannya apabila mengutarakan sesuatu tapi yang berubah di dirinya menurutku ialah tujuannya.tujuan yang berbeda dengan tujuannya sewaktu dia aktif dulu dalam pergerakan, mungkin.

Pada malam itu aku merasa nyaman, bukan obrolanku bersama temanku tetapi bersama wanita itulah aku nyaman. Aku sangat menghargai dirinya kala itu, apa yang dia perlakukan kepadaku saat itu benar-benar luar biasa sekali artinya.

Setelah seharian penuh aku bersamanya aku memutuskan untuk kembali pulang kekost-an ku. Sesampainya kembali dikost-an, aku memaksakan diriku untuk tidur cepat karena esok harinya aku harus bangun pagi karena pada pagi itu aku dan temanku berniat pergi ke Kuningan dan Cirebon. Hanya untuk jalan-jalanlah tujuan kita kesana. Kita pergi kesana hanya berdua karena buatku jika pergi beramai-ramai intensitas kita berkomunikasi dengan orang lain berkurang bahkan tidak ada dan itu menurutku membosankan. Sama saja bohong apabila kita pergi kesuatu tempat yang baru tapi pembicaraan yang kita bicarakan itu-itu saja dikarenakan kita pergi bersama kawan-kawan kita.

Sesampainya disana kita mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Buatku itu sesuatu hal yang menyenangkan ditambah lagi dengan obrolan ringan dengan kuli angkut disana,preman di terminal hingga pelacur yang menggodaku dan temanku disaat kita berdua sedang asyik menyantap makanan kita.

Setelah kita merasa lelah karena banyak tempat yang sudah kita kunjungi , kita memutuskan untuk pulang.Dalam perjalanan pulang aku senyum-senyum sendiri karena aku berpikir bahwa aku sampai ditujuanku di karenakan aku sudah tahu kendaraan apa yang akan aku naiki. Kendaraan yang sudah siap berangkat mengantarkan diriku ketujuanku. Tujuan yang membuatku bahagia tentunya. Dalam senyumku aku berpikir semoga saja perjalanan hidupku semudah perjalananku menuju Kuningan dan Cirebon.

Jumat, 12 September 2008

Surat dariku untuk kalian



Surat ini kutunjukan buat kalian yang selalu membuat diriku menjadi atau tampak jauh lebih kuat. Buat kalian yang selalu rela membukakan pintu rumah dan kostan-nya hanya demi mendengar ocehan dari mulutku.Dan juga buat kalian yang selalu membagi kegelisahan hidupnya kepadaku. Karena kalianlah aku benar-benar merasa hidup. Karena kalian jugalah aku merasa bahwa hidup ini harus dimaknai dan dihargai sepenuhnya.


-Amorfati-




Hidupku pada bulan Juli hingga Agustus



Diawal bulan Juli 2008 kumulai kehidupanku tinggal di desa yang cukup pelosok,kenapa aku bilang desa pelosok karena jarak tempuh kita dari kota ke desa tersebut cukup memakan waktu.Desa itu bernama desa Pondok Bungur tepatnya di kawasan Purwakarta. Aku pergi kesana bukan untuk liburan bersama teman-teman lamaku melainkan karena tugas kuliahku yaitu menyelesaikan program ini.Program kuliah kerja nyata.


Hari pertama, seperti biasanya aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru kukenal,khususnya tempat dimana aku tidur. Pertama aku tidak bisa tidur di tempat di mana bantal,guling dan kasurnya tidak pernah aku kenal dari warna,bentuk dan aromanya. Kedua selalu saja aku punya masalah apabila aku mencoba tidur di tempat orang lain selalu saja aku batuk-batuk. Bukannya alergi pada tempat yang kotor, ditempat tidur yang bersih saja apabila aku mencoba tidur selalu saja aku batuk-batuk jika aku tidak mengenal medan tersebut.


***


Di desa itu aku bersama teman-temanku tinggal menumpang dirumah seorang nenek yang dirumahnya juga ditingali oleh anak dan cucunya.Rumah yang cukup luas karena baik dari kursi,meja hingga perabotan sama sekali tidak mereka punyai.Nenek tersebut dan anaknya bekerja sebagai petani. Petani yang mempunyai tanah.


Pada awalnya banyak hal yang tidak aku dan teman-temanku ketahui mengenai desa itu tapi lama kelamaan kita jadi mengetahui itu semua dikarenakan kita sering mendapatkan info dari nenek itu dan anaknya lewat obrolan ringan. Makanya aku beranggapan semua yang kita lakukan berangkat dari rumah nenek yang aku dan teman-temanku tumpangi dari rapat program sampai program yang diluar program kelompokku seperti berenang disungai,menyusuri lembah dan hutan hingga pergi ketempat orang “pintar” hanya sekedar untuk iseng saja.Membunuh waktu kata teman-temanku


***


Hari demi hari aku lalui tak terasa bahwa sudah dua bulan aku menetap di desa itu.Selesai sudah program kelompokku di desa itu. Satu beban terselesaikan tapi tiba-tiba beban yang lain datang menghampiri hidupku. Di hari kepulangan kelompokku aku merasa berat sekali untuk meninggalkan desa itu.Karena banyak hal yang aku cintai disana. Sungainya,sawahnya, udaranya,langitnya, nasinya, dan tentunya keakrabannya. Hingga pada akhirnya yang aku dapat luapkan pada saat itu ialah membiarkan diriku menangis,menangis layaknya anak kecil yang di ajak ibunya untuk pindah rumah karena rumah yang ditinggali oleh anak kecil tersebut habis kontraknya.

***


Aku memeluk satu per satu orang yang aku cintai disana, setiap langkah demi langkah menuju kepulanganku aku berkata dalam hati untuk berpamitan dengan alam sekitar. “Aku pulang, terima kasih sudah menerimaku dan mebahagiakanku” dalam hatiku aku berkata. Dalam perjalanan pulang kupotret semua hal yang ada disana, baik dan buruknya.Kulihat dalam pikiran lalu kusimpan di album kehidupanku.


***


Aku akan merindukan semua hal di tempat itu termasuk juga omelan pagi hari yang selalu didendangkan oleh ibu itu. Yang selalu juga berkata kepadaku dan kawan-kawanku ”sare wae,salat subuh atuh! Tong jiga korodok!”(tidur mulu,salat subuh dong! Jangan kayak kodok!). Walaupun aku dan teman-temanku tidak pernah mau bangun untuk salat tapi kita selalu menanggapi beliau dengan kentut. Kentut yang bersuara. Bukan salat melainkan kentut. Beliau tidak marah sama sekali malah apabila kita sudah bangun dan bercakap-cakap dengan beliau, beliau Cuma berkata “kalian ternyata sehat soalnya kalo pagi kentutnya nyaring suaranya”. Aku tidak tahu artinya tapi aku hanya menanggapi beliau dengan senyuman saja.


Sesampai dikosanku, pada malam harinya aku mau tidur, tidur menggunakan sleeping bag yang biasa aku gunakan disana, bukan tidur di spring bed kepunyaanku. Aku merebahkan badanku dan mulai membuka album kehidupanku dari bulan Juli hingga Agustus.Aku tertidur. Tidur yang begitu indah buatku. Indah, layaknya lansekap yang sering kulihat di tempat itu. Ya, desa itu.








Sabtu, 14 Juni 2008

Sadhana - Jihad akbar



Ikan-ikan dalam telaga menyaksikan

betapa besar penderitaan

Ikan pertama yang memberanikan diri

Keluar dari telaga;

Akhirnya mati klepek-klepek,

Kehabisan tenaga,

Karena tak terbiasa hidup

Tanpa air,di luar telaga


Hingga berabad-abad kemuudian,

Tak seekor pun ikan yang berani keluar.


Tapi,pada suatu hari;

Seekor ikan pemberani

Memberanikan diri lagi.

Dan,ia pun mati.


Ikan-ikan lain mencatat dalam

Kitab yang mereka sucikan;

Tak ada kebenaran di luar sana,

satu-satunya kebenaran,telaga ini.”


Bila ada ikan yang berani keluar,

Akan diberi peringatan.

Bila ia tetap mau keluar,

Dijatuhi hukuman mati.

Dalih para tua dan pejabat terasa masuk akal:

Dari pada menderita di luar sana,baru mati,

Lebih baik mati dalam air, Di sini.”


Entah berapa abad kemudian,

Seekor Ikan Pemberani

Memimpikan kembali

Dunia di luar telaga.


Para tua dan pejabat mengancamnya:

mimpimu jahat,haram.

Ikan-ikan tak diperkenankan bermimpi

Seperti itu.”


Sang Pemberani menjawab:

Aku tak dapat berhenti memimpikan dunia di luar telaga.

Aku juga tak mampu menahan

Lagi jiwaku yang siap berontak.”

Tanpa menunggu izin para tua dan pejabat,

Ia langsung melemparkan dirinya

Keluar dari telaga……….


Tanpa air,dia pun menderita,

Klepek,klepek,klepek……

Tapi,dia tidak mati……….

Dia hidup.


****



Banyak cerita yang aku dapat mengenai pengorbanan seseorang, sekelompok orang atau masyarakat demi sebuah keyakinan mereka. Bahkan mereka rela menjadikan tubuh mereka persembahan yang pertama untuk semua itu. Darah,keringat,pikiran,dan tangisan yang mereka keluarkan mereka anggap sebagai tahapan demi pencapaian sebuah kebahagiaan. Dan itu semua tidak berarti apa-apa, yang berarti buat mereka ialah apa yang mereka artikan sendiri bukan orang lain yang mengartikannya.


Aku mudah-mudahan tahu rasa itu karena sesekali aku pernah merasakannya. Aku tahu terkadang kita rapuh,kita bimbang,kita takut,dan kita juga terkadang menangis sendirian di tengah arus peradaban yang sudah tidak menghargai manusia satu sama lainnya.


KAMU TIDAK SENDIRIAN;


Banyak yang berada di sisimu. Muhammad yang meminta selimut kepada istrinya karena gemetar di saat ia tahu bagaimana cara merombak “nilai” di masyarakatnya, Yesus yang disiksa dan disalib,Siddharta yang memutuskan untuk keluar dari kerajaannya yang megah,Arjuna yang ragu-ragu di perang kurukshetranya, mereka yang membangun jaringan untuk menolak pasar bebas, mereka yang menolak penggusuran,mereka yang membangun sekolah alternatif, dan masih banyak lagi yang lainnya yang sebenarnya sama rasa dengan kamu.


Karena aku yakin sampai saat ini orang-orang dulu yang berjuang dan yakin terhadap apa yang mereka lakukan tidak memikirkan ataupun mengharapkan pahala dan surga yang konon di dalamnya terdapat permaisuri-permasuri cantik yang siap melayani kita. Karena Aku juga yakin sampai saat ini terhadap mereka yang masih hidup dan tetap berjuang. Mereka sudah tidak lagi mengharapkan turunnya Ratu Adil ataupun Imam Mahdi ke muka bumi ini.


Yang mereka dan kamu yakini ialah apa yang kamu dan mereka lakukan.Mereka dan kamu akan terus berdialektik mengikuti gerak alam semesta.Gerak yang berputar, gerakan yang tak berujung,gerakan yang melebur menuju titik sentral.













Sabtu, 07 Juni 2008

KOMODITI

Nilai pakai,Nilai tukar dan Waktu kerja sosial


Di zaman sewaktu saya kecil marak anak-anak seumuran saya yang mempunyai hobi mengkoleksi kartu Dragonball.Saat itu ada salah satu satu anak dari komunitas bermain kita yang sama juga hobi mengkoleksi kartu tersebut. Dia mempunyai banyak sekali kartu Dragonball yang eksklusif(bagi kita pada saat itu kartu yang eksklusif itu ialah kartu yang kesemua sisinya dibalut oleh hologram). Ya sangatlah wajar menurut saya saat itu dia mempunyai begitu banyak kartu Dragonball yang eksklusif, karena diantara komunitas bermain kita memang yang paling berada perekonomian keluarganya ialah anak itu.


Pada suatu waktu saya mempunyai kartu Dragonball yang saya dapatkan dengan cara mencuri di lapak depan sekolah saya. Saya mendapatkan tiga buah kartu tapi pada saat itu saya tidak puas dikarenakan apa yang saya dapat kesemuanya bergambar tokoh baik sedangkan saya pribadi sedang mencari tokoh jahat . Dengan tidak puas saya berjalan, saya dihampiri oleh teman saya yang mempunyai banyak kartu Dragonball eksklusif tersebut dia menanyakan “apa yang kau pegang dip?” lantas saya menjawabnya “ini kartu Dragonball” lantas dia mengambil kartu tersebut dari tangan saya dan langsung melihatnya. Dengan seketika dia berkata ke saya dia menginginkan ketiga kartu tersebut. Saya menjawab “ enak saja! Tukaran dong dengan kartu kamu. Tanpa memikirkan apa-apa dia mengiyakan perkataan saya. Dengan segera saya langsung mencari kartu eksklusif apa yang saya inginkan. Saya akhirnya mendapatkannya satu kartu eksklusif bergambar tokoh jahat ditukar dengan tiga kartu Dragonball yang tidak ekslusif.


Dari pengalaman saya tersebut itulah yang disebut barang komoditi. Sesuatu yang di luar diri kita yang dapat memenuhi kebutuhan manusia satu sama lain dan untuk mendapatkan harus menggunakan usaha dan juga benda yang dijadikan komoditi tersebut ialah hasil dari pengejawantahan kerja manusia. Dia mempunyai nilai pakai dan nilai tukar. Nilai pakai ialah suatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Nilai pakai ada disaat komoditi itu dapat dikonsumsi dan dinikmati jadi apabila suatu benda tidak dapat dikonsumsi ataupun dinikmati itu tidak ada nilai pakainya maka benda itu tidak masuk kedalam definisi barang komoditi. Seperti contoh cerita saya di atas di saat saya mempunyai tiga kartu yang tidak saya sukai dan ternyata teman saya sukai. Dan teman saya juga sebaliknya dia mempunyai satu kartu eksklusif yang dianggap oleh teman saya biasa saja dan saya menginginkannya maka dari situ keluar kata sepakat. Sepakat untuk menukarkannya. Demi konsumsi dan kenikmatan satu sama lain. Itulah kegunaan nilai pakai. Sedangkan nilai tukar ialah suatu jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan nilai pakai tertentu dengan nilai pakai lain.Contoh: tiga kartu saya ditukar dengan satu kartu ekslusif teman saya atau contoh lainnya satu intan yang sebesar gundu ditukar dengan 20 karung beras. Apabila kita melihat dari contoh tersebut dan kita telaah kembali kenapa setiap pertukaran tersebut jumlah atau bilangannya selalu berbeda. Apa yang bisa mendamaikan kedua nilai pakai tersebut? Hal apa yang dapat mereduksi kedua nilai pakai tersebut sehingga menjadikan keduanya setara. Jawabannya ialah waktu kerja sosial. Yang dimaksud disini bukan kerja individu. Yang dimaksud ialah waktu rata-rata yang diperlukan oleh masyarakat sesuai dengan keterampilan dan kepandaian pekerja untuk memproduksi barang tersebut. Secara sederhana: kenapa bisa satu intan yang sebesar gundu bisa ditukar dengan 20 karung beras padahal jelas-jelas kuantitasnya berbeda.itu dikarenakan dalam mencari,menggali dan memproduksinya menjadi sebuah intan tersebut dibutuhkan waktu yang cukup lama dan banyak memakan biaya.Beda halnya dengan beras. Kita tinggal mencari lahan subur lantas kita tanami gabah dan kita rawat sampai padi tersebut matang.


Adapun kata Marx ada sebuah benda mempunyai nilai pakai tapi itu bukan komoditi karena kegunaannya tidak diperantarai kerja. Yang masuk dalam kategori ini ialah udara, sinar matahari dan hutan yang tumbuh liar.


Kerja: Kerja real dan kerja abstrak


Kerja disini ialah sebagai pencipta nilai pakai. Sesuatu yang awalnya tidak berguna lalu dibuat oleh manusia menjadi suatu yang berguna untuk orang itu ataupun orang lain itulah yang dinamakan kerja. Contoh ketika gelonggongan kayu belum disentuh oleh seorang pandai kayu, gelonggongan tetaplah gelonggongan tapi setelah dikerjakan dan menjadikannya menjadi sebuah kursi yang bisa digunakan. Itulah yang dimaknai sebagai kerja.


Di dalam kerja ada juga watak rangkap . Yang pertama ada yang dinamakan Kerja real. Kerja real ialah apa yang dihasilkan manusia dinilai dari nilai pakai yang kualitatif yang dalam artiannya apabila ada dua komoditi sebagai contoh satu celana jeans sama dengan 3 m bahan celana jeans disini dikatakan sangat wajar dikarenakan 3 m bahan celana jeans itu separuh pekerjaan dalam membuat celana jeans.


Beda halnya dengan kerja abstrak yang melihat kerja sebagai suatu nilai. Yang terkandung di dalamnya kuantitas kerja. Seberapa lama waktu dalam produktivitas dua contoh komoditi tersebut maka disana akan terlihat kesetaraan dua komoditi tersebut.






1 Desember 2007

Sekarang untuk selamanya

Semalam kamu sangat berharap sekali agar aku bangun dan menemanimu untuk makan bubur di tempat favorit kita. Kamu berharap sekali agar aku menemanimu karena kamu tahu sekali kebiasaanku yang malas sekali untuk bangun pagi. Entah kenapa bagiku bangun pagi itu tidak menyenangkan tapi anehnya setelah keluar dari kosanku yang begitu sesak dan bau pada waktu pagi hari selalu aku dapat merasakan sensasi yang bagiku itu terasa indah dan nyaman. Aku dapat merasakan sejuknya udara pagi hari di jatinagor dan betapa memujanya aku kepada heningnya pagi disekitar kosanku. Akhirnya pada malam itu lewat SMS aku mengiyakan ajakannya untuk sarapan bersama ditempat favorit kita.

Jam 7 pagi aku sudah terbangun dikarenakan alarm pada handphoneku berbunyi. Memang pada malam hari itu aku sudah siap dan rela diriku dibangunkan oleh alarm Handphoneku yang sengaja aku setel. Bangun pagi memang menyebalkan apalagi dibangunkan oleh alarm sebuah alat pengingat waktu yang di ciptakan oleh peradaban ini yang selalu saja mengganggu tidur nyenyakku. Alarm pun disetel oleh kita sebenarnya dikarenakan kita sendiri tidak mampu bangun pada waktu yang telah ditetapkan oleh orang diluar diri kita.Hampir segala rutinitas kita terpaku oleh waktu dan juga hampir semua rutinitas kita dimulai dengan waktu dan diselesaikan dengan waktu..Waktu buatku eksis disaat orang mulai patuh terhadap suatu sistem yang memuja sistem waktu padahal alangkah indahnya apabila kita hiraukan waktu lantas hidupi diri kita dengan sepenuhnya tanpa terikat oleh detik,menit dan jam.Ya, kita hargai tidur nyenyak kita,tidur secukupnya lantas bangunlah kita dan lakukanlah apa yag membuat dirimu hidup dan senang. Berjalan-jalan atau mungkin habiskan waktu bareng teman sambil menikmati kopi di suatu tempat.

“aku sudah sampai”begitu bunyi sms darimu lantas aku bergegas bersiap-siap untuk pergi kesana.kupakai celanaku dan kupakai pula sweater belel milik kakaku. Setelah kubuka pintu, perutku terasa sakit sekali rasanya, yang aku pikirkan saat itu hanya satu “aku harus ke kamar mandi dulu sebelum bertemu dengan dirinya”. Penyakit ini selalu menghantuiku, selalu.Mau tidak mau sesudah bangun pagi aku biasanya harus bolak-balik ke kamar mandi sebanyak 3 kali untuk buang air. Sesudah itu barulah aku siap untuk melakukan aktifitasku.


Setelah perutku terasa enakan lantas aku bergegas menuju tempat yang telah kita janjikan. Aku mencarimu di tempat itu,kutemukan dirimu sudah berada di meja makan bukan di tempat biasa yang selalu kita singgahi. Di sana kulihat dirimu sedang menyuap makan yang telah kamu pesan sebelumnya. Disamping kamu ternyata ada satu kursi kosong dan ada makanan yang sudah dipesan yang diatasnya ditutupi plastik bening. Dalam hati aku berkata”oh,itu mungkin makanan buatku” segera aku duduk lalu kubuka plastik bening itu seraya aku mengambil lada,lalu kecap dan membubuhi sedikit makananku dengan kecap asin. Aku menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutku,kuberkata dalam hatiku”waw sempurna”. Tapi setelah itu ada yang membuatku merasa sepertinya ada yang kurang sempurna.”Tempatnya”aku berpikir seperti itu.”yang pindah yuk aku ga mau duduk disini mendingan di tempat biasa aja” kataku “yaudah”katanya. Kita pindah yang tidak jauh dari situ sambil membawa makanan kita masing-masing. Kita makan dengan lahap. Aku menikmati makanan itu tapi dia, aku rasa tidak karena dia berkata”ah aku mau mesen lagi deh buat dikosan ak ga puas soalnya td bubur yg ak pesen kepedesan!””gila lo” jawabku. Sesudah minum dan membayar makanan tersebut aku menerima ajakannya untuk menemaninya pada hari ini. Dia sedang sakit dan apabila sedang sakit dia selalu saja manja dan aku hafal sekali sifatnya yang satu ini.


Sesampai dikosannya kita berdua mencuci kaki dan itu wajib hukumnya teruntuk untuk siapapun yang datang kekosannya termasuk diriku yang notabenenya seorang kekasihnya. Hal itu wajib hukumnya karena dia orangnya sangat menghargai kebersihan khususnya di kamar kosannya beda denganku,kosanku sangat kotor dan berdebu.Setelah mencuci kaki aku menyuruhnya untuk meminum obat yang aku berikan kepadanya,.Dia menurutinya,dia meminum obatnya. Aku menyuruhnya untuk tidur dan tidak les bahasa prancis pada hari ini melihat keadaannya yang pada hari ini tidak jauh beda dengan yang kemarin dan juga dikarenakan jarak yang harus ditempuh begitu jauh Jatinangor-Bandung,jarak yang tidak wajar apabila ditempuh oleh orang yang sedang sakit. Tapi tetap saja dia bersih keras untuk pergi dikarenakan pada pertemuan berikutnya akan diadakan ujian kenaikan tingkat.


Kita berdua berusaha tidur. Dia sudah mulai tertidur sedangkan aku hanya berusaha tidur.Tiba-tiba perutku sakit lagi,aku mau buang air tapi aku tidak mau mengganggu tidurnya karena aku mempunyai kebiasaan buruk apabila buang air aku harus menyalakan kran air dan itu pasti membuat suasana dia menjadi tidak nyaman tapi apa boleh buat dorongan menuju kekamar mandi begitu kuat dan tidak bisa ditahan.Setelah selesai dengan ritualku aku berbenah,aku ingin pulang dan tidak ingin mengganggunya lagi.Aku menutup gorden yang tadinya terbuka setengah secara perlahan.Tiba-tiba dia terbangun dan berkata”yang mau kemana aku mau ditemenin sama kamu aku kan sakit” aku tidak berkata apa-apa dan aku lantas menghampirinya dengan segera.Ya,your wish is my command hun.


Aku menidurkan diriku tepat disamping dirinya dengan posisi tengkurap seraya dengan tidak bosannya diriku untuk terus membujuknya agar tidak les bahasa Prancis pada hari ini mengingat badannya yang masih panas dan batuknya yang juga belum sembuh. Dia tetap berkata”aku mau les soalnya sebentar lagi ujian”, “kan kamu masih sakit yang”jawabku Mau tahu tanggapannya tapi ternyata.dia tidak menjawab sepatah katapun karena dia terkonsentrasi pada acara televisi. Tiba-tiba dia berkata padaku”yang hari ini kan tanggal 1 wah kita sembilan bulanan nih”seperti biasa pula setiap bulannya aku hanya membalas dengan senyuman. Menurutku hari jadi yang tiap bulannya dirayakan oleh sepasang kekasih buatku hari tersebut biasa-biasa saja karena menurutku tidak ada istimewanya sama dengan hari lainnya.Mungkin menurut dia aku termasuk lelaki yang aneh karena selalu lupa dengan hari jadi kita berdua dan setiap bulannya pada hari tersebut tidak satu hadiah pun ada di tangannya ataupun di kamar kosannya.Tak ada yang marah,tak ada yang senang dan tak ada yang berharap kado pada saat hari jadi ini.Mungkin.

Setelah dia berhasil mengingatkan pada hari jadi kita dia lantas mengambil Handphonenya yang pada awalnya aku tidak tahu dia akan menelfon siapa.Tiba-tiba dia berbicara bahasa Prancis, “oh guru lesnya” pikirku. Setelah dengar pembicaraan yang dilakukan oleh dia dan gurunya ternyata dia meminta izin untuk tidak masuk pada hari ini dan ternyata toh hari ujian jatuhnya pada tanggal 22 Desember bukan pada hari ini setelah saya berhasil mengupingi percakapan mereka.


Beberapa menit kemudian ada telfon masuk dari Handphonenya. Aku tidak mengupinginya kali ini.Malas saja aku terus mengupingi percakapan dia. Tanpa diminta dia menjelaskannya apa yang dia bicarakan barusan,temannya ingin meminjam duit,wajar ini awal bulan dan seperti biasanya anak kosan yang masih dihidupi oleh orang tuanya biasanya dikirimi uang sekitar tanggal 3-5. Sekitar 15 menit kemudian ada yang mengetuk pintu kamar, “ah mungkin dia”pikirku ternyata benar.Dengan tidak basa-basinya temannya dia lantas menghampiri ranjangya sambil tidur-tiduran. Karena mereka sibuk membicarakan masalah kuliahnya lantas aku mengambil rokok dan mulai membakarnya di depan pintu kamarnya. aku malas lagi membicarakannya semuanya ditulisan ini. Aku tambah sadar bahwa ternyata aku sudah mulai membatasi diriku dengan dunia ini. Sebuah konsekuensi yang harus aku terima karena dibalik tulisan ini ada pembicaraan antara kita berdua mengenai masa depan dan aku terlalu malas untuk membicarakan maupun menulisnya.