Minggu, 19 April 2009

Kak Seto dan Si Komo

Siapa dari kalian yang tidak mengenal kak Seto? seorang yang dulunya dikenal karena boneka Komonya, seorang yang konsisten terhadap gaya rambutnya, yang dicintai anak-anak, menjadi figur buat orang tua dan sekarang ini menjadi ketua komisi perlindungan anak di Indonesia. Sepanjang beliau merintis kariernya di bidang “pecinta anak”, beberapa kasus kekerasan maupun eksploitasi anak banyak yang ditangani oleh beliau dan hampir keseluruhan kasus tersebut mampu ditengahi dan diselesaikan oleh beliau. Seperti dalam kasus Riko Ceper yang memacari anak di bawah umur,Zarima sang Ratu Ekstasi yang menuntut hak asuh anaknya, kekerasan di sekolah antara senior terhadap juniornya, Syekh puji yang menikah siri dengan anak di bawah umur dan tuntutan Maya Ahmad terhadap suaminya yang Rockstar itu, Ahmad Dhani, karena mempekerjakan anak mereka sebagai artis sinetron.

Tidak usah diragukan lagi kemampuan Seto Mulyadi yang kerap kali kita memanggilnya dengan panggilan akrab kak Seto, dalam menekuni kariernya di bidang “pecinta anak”. Jelas semuanya terbukti secara tersirat di media yang menyimpulkan bahwa kak Seto lah duta bagi anak- anak yang tercerabut hak hidupnya.


Kak Seto memang baik seperti apa yang telah digembar-gemborkan oleh media, tapi beliau sedikit lupa atau mungkin juga malas untuk mengunjungi anak-anak yang terlahir dari keluarga yang miskin yang notebenenya jelas tidak populer. Mungkin beliau juga kurang suka jalan-jalan karena sampai saat ini aku tidak pernah melihat batang hidungnya di kawasan di mana saat ini aku tinggal untuk sementara, Jatinangor. Kawasan pelajar yang tak pernah sama sekali aku anggap sebagai kawasan yang mendukung dan memfasilitasi pelajar untuk mengembangkan daya belajarnya. Malahan aku menganggap sebagai kawasan kuliner karena banyaknya kedai makanan yang jumlahnya mampu menyaingi jumlah kamar kostan di kawasan Jatinangor.

***

Karena begitu banyaknya mahasiswa dan mahasiswi yang tinggal di Jatinangor, salah satu ide baik jika seseorang atau kelompok usaha mendirikan kedai makanan di kawasan ini. Biasanya dalam setiap kedai makanan yang saya singgahi, mempunyai beberapa pegawai yang siap melayani kebutuhan perut mahasiswa yang keroncongan guna meningkatkan percepatan produksi dan hasil dalam sebuah kedai makanan tersebut.

Biasanya hampir kebanyakan pegawai-pegawai yang dipekerjakan disini ialah anak-anak, yang kiranya berumur belasan tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dan hampir kebanyakan pegawai tersebut diambil dari luar daerah seperti Garut, Tasik dan Sumedang. Baik kedai makanan yang buka setengah hari maupun yang buka 24 jam hampir keseluruhan mempunyai karakteristik yang sama dalam mempekerjakan pegawainya dalam hal usia yaitu: masih anak-anak dan remaja.

Alasannya pun sangat jelas kenapa kebanyakan dari mereka yang mempunyai kedai-kedai makanan khususnya yang buka 24 jam selalu mepekerjakan mereka. Alasannya sangat jelas, ialah karena upah kerja mereka murah.

Aku tahu upah mereka murah pun dari beberapa kawanku yang memang hobi ngopi atau sekedar numpang nonton bola. Makanya mereka banyak mengetahui gosip-gosip hangat di beberapa kedai makanan di Jatinangor. Seperti ada salah satu kedai makanan yang menggaji pegawainya hanya setahun sekali, disaat Lebaran tiba, sisanya hanya kewajiban pemilik kedai untuk membiayai kebutuhan sehari-hari mereka, makan dan rokok.

Sedangkan yang kuketahui sendiri mengenai kehidupan pegawai (yang sebenarnya masih butuh belaian orang tua ),yang bekerja di kedai-kedai makanan ialah sudah tidak adanya kesadaran penuh terhadap diri mereka sendiri. Jangan terlalu berpikiran jauh terhadap kesadaran penuh yang ku utarakan tadi, jangan jauh-jauh berpikiran yang kumaksudkan tadi ialah kesadaran penuh untuk memberontak. Yang kumaksudkan di sini ialah kesadaran penuh dalam hidupnya sehari-hari(cukup tidur). Karena sudah sering aku dapati mereka apabila aku sedang memesan makanan atau membeli rokok, mereka melayaniku dengan wajah yang lemas, mata yang merah dan acap kali selalu lupa terhadap apa yang aku pesan. Ini jelas mereka kurang tidur dan jika tidur pun menurutku tempat tidur mereka yang mereka singgahi juga tidak layak untuk dibuat tidur. Karena dari beberapa tempat yang biasa kusinggahi ada kedai makanan yang menyatukan antara dapur kedai dengan tempat tidur pegawai jadi secara langsung asap ataupun bebauan yang muncul dari dapur dengan mudahnya masuk kekamar mereka dan ada juga kedai makanan, antara kamar tidur pegawai dengan kamar mandi dipisahkan hanya dengan menggunakan sekat saja. Dan buatku hidup yang mereka jalani ini sungguh brutal,tidak menyedihkan melainkan sungguh brutal.

***

Saat ini apa mungkin si Komo mau mampir menjenguk anak-anak yang bekerja di Jatinangor, Apa jangan-jangan si Komo tidak akan pernah mau dateng ke Jatinangor, Apa jangan-jangan si Komo hanya menyediakan jasanya buat para orang tua yang bergelar artis dan konglomerat saja, Apa jangan-jangan si Komo banci kamera yang akan muncul dan menunjukan keberadaanya jika banyak kamera yang menyoritinya.


Disuatu saat pegawai-pegawai cilik pun berkata “ Kak Seto dan Komo mampir dong ke Jatinagor untuk melihat keadaan kita”
Kak Seto dan Komo pun menjawab” Lebok siah(makan tuh)”.

Padahal ini baru Jatinangor, belum daerah-daerah yang lainnya. Tapi sudah seperti ini jawabannya.Ckckck

Jumat, 06 Februari 2009

AKU INGIN BERCERITA

Diawal tahun ini ada beberapa hal yang tiba-tiba muncul dikehidupanku. Hal yang tiba-tiba, yang tiba-tiba mengakibatkan ketiba-tibaan lainnya muncul dan inipun lantas pada akhirnya menjadi pertanyaan buat diriku. Bagaimana hal yang datang secara tiba-tiba maupun yang datang apa adanya, aku harus memaknainya. Apa hal yang datang apa adanya dalam kehidupanku memang hanya suatu hubungan sederhana saja layaknya hubungan kausalitas atau mungkin hal yang datangnya secara tiba-tiba datang dalam kehidupanku suatu hal yang begitu monumental atau mungkin kedua hal tersebut harus kutertawakan saja.