Senin, 22 September 2008

KUKENAKAN DUKAKU KEMARIN KULEPASKAN HARI INI JUGA DIA,TIDAK KUBUANG TAPI KU GANTUNG DIBELAKANG PINTU



Aku tidak bisa membantu kamu tapi aku yakin kamu kuat untuk menyelesaikannya”

Queen of the freak dance

“kamu terlalu ideologis, parah banget kamu po”

Tank Boy / political Hooligan

“buang targetan itu lalu hidup, makan, tidur”

Abdul Karim Al-Jabbar / Zorosastrowardoyo



Hampir dua minggu belakangan ini aku tidak bisa tidur, nafsu makan juga tidak ada. Kamar kost-an ku berantakan, baik debu maupun abu rokok bertebaran dimana-mana, buku-buku begeletakan tidak sesuai pada tempatnya.Buku-buku bergeletakan juga bukan berarti aku membaca buku tersebut hingga selesai melainkan aku hanya membacanya puluhan lembar, menutupnya kembali dan mencari buku lain.Aku merasa aneh dan aku bertanya dalam hati” apa yang menyebabkan diriku seperti ini?”. Selama dua minggu aku terus bertanya dalam diriku, aku juga berusaha mendiagnosa penyakitku lewat obrolan dengan teman-temanku. Dan aku mulai sedikit demi sedikit mendiagnosa penyakitku.

Aku baru ingat selepas aku dari Purwakarta aku banyak menargetkan sesuatu terhadap hidupku. Aku mau ini dan itu. Aku sangat semangat sekali untuk memantapkan targetan tersebut. Beberapa hari berjalan aku masih bisa menjalankan semuanya dengan semangat dan tentunya tidak lupa juga aku membanggakan targetanku kepada teman-teman di lingkarku. Pada awalnya semua berjalan sesuai dengan apa yang aku harapkan tapi seiring berjalannya waktu aku merasa tertekan oleh targetan itu. Aku malah berpikir sepertinya targetan mengenai hidupku bukan aku yang membuatnya karena aku merasa mendapat tekanan disaat menjalaninya, Aku sangat bingung kala itu.

***

Tank Boy salah seorang kawan di lingkarku yang mungkin sudah melihat perkembangan diriku dari SMA hingga di bangku kuliah. Memang seorang kawan yang terkadang aku mintai pendapatnya mengenai diriku.Dia berkata mengenai permasalahanku bahwa aku terlalu memikirkan tujuanku atau targetanku. Tanpa berpikir “kendaraan” apa yang akan aku gunakan untuk sampai di tujuanku. Aku memang sudah mulai menyicil dalam membuat sebuah “kendaraan” tapi kekuranganku apabila dalam proses perakitan tersebut aku mudah sekali tergoda untuk merakit sebuah “kendaraan” lain dan pada akhirnya dari suatu kekonyolan yang aku buat sendiri akibatnya ialah “kendaraan” yang aku rakit semuanya tidak ada yang selesai dan tujuanku tetaplah sebagai tujuan tidak pernah sampai “ketempat” tersebut dan buatku pribadi hal seperti ini menjadi salah satu penyakit kejiwaanku.

Memang, walaupun pedas perkataannya apabila Tank Boy mengkritik diriku tapi tetap saja aku menerimanya. Sampai-sampai Aku pernah berkata dengan dia “memang dunia ini buat orang-orang yang berani,berani dipermalukan oleh dirimu”, dia menanggapi dengan tegas “saya berusaha jujur terhadap diri saya”. Maka oleh karena hal itulah yang membuatku menerima baik dan buruknya diriku lewat pikiran dan perkataannya.

***

Berminggu-minggu aku di kamarku. Aku sudah bosan melihat kamarku yang berantakan, aku bosan menghirup wangi dupa yang tiap kali aku bakar disaat aku bermeditasi dan aku juga bosan memandangi wallpaper di komputerku yang menampilkan Madonna telanjang sambil mencium lelaki berambut panjang terurai.

Aku memutuskan untuk pergi. Aku pergi bersama wanita cantik. Dia cantik karena dia baik dan pemarah. Pada malam itu kita berdua memutuskan untuk makan malam. Aku dan dia tidak berdua pada malam itu karena tak disangka temanku juga sedang berada kawasan yang sama denganku. Teman yang sempat aktif di dalam gerakan revolusioner yang sekarang ini bekerja di Komisi Penyiaran Indonesia. Pada waktu itu kita makan malam bersama dan berceritera banyak hal. Watak kerasnya tak berubah apalagi tatapannya apabila mengutarakan sesuatu tapi yang berubah di dirinya menurutku ialah tujuannya.tujuan yang berbeda dengan tujuannya sewaktu dia aktif dulu dalam pergerakan, mungkin.

Pada malam itu aku merasa nyaman, bukan obrolanku bersama temanku tetapi bersama wanita itulah aku nyaman. Aku sangat menghargai dirinya kala itu, apa yang dia perlakukan kepadaku saat itu benar-benar luar biasa sekali artinya.

Setelah seharian penuh aku bersamanya aku memutuskan untuk kembali pulang kekost-an ku. Sesampainya kembali dikost-an, aku memaksakan diriku untuk tidur cepat karena esok harinya aku harus bangun pagi karena pada pagi itu aku dan temanku berniat pergi ke Kuningan dan Cirebon. Hanya untuk jalan-jalanlah tujuan kita kesana. Kita pergi kesana hanya berdua karena buatku jika pergi beramai-ramai intensitas kita berkomunikasi dengan orang lain berkurang bahkan tidak ada dan itu menurutku membosankan. Sama saja bohong apabila kita pergi kesuatu tempat yang baru tapi pembicaraan yang kita bicarakan itu-itu saja dikarenakan kita pergi bersama kawan-kawan kita.

Sesampainya disana kita mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Buatku itu sesuatu hal yang menyenangkan ditambah lagi dengan obrolan ringan dengan kuli angkut disana,preman di terminal hingga pelacur yang menggodaku dan temanku disaat kita berdua sedang asyik menyantap makanan kita.

Setelah kita merasa lelah karena banyak tempat yang sudah kita kunjungi , kita memutuskan untuk pulang.Dalam perjalanan pulang aku senyum-senyum sendiri karena aku berpikir bahwa aku sampai ditujuanku di karenakan aku sudah tahu kendaraan apa yang akan aku naiki. Kendaraan yang sudah siap berangkat mengantarkan diriku ketujuanku. Tujuan yang membuatku bahagia tentunya. Dalam senyumku aku berpikir semoga saja perjalanan hidupku semudah perjalananku menuju Kuningan dan Cirebon.

Jumat, 12 September 2008

Surat dariku untuk kalian



Surat ini kutunjukan buat kalian yang selalu membuat diriku menjadi atau tampak jauh lebih kuat. Buat kalian yang selalu rela membukakan pintu rumah dan kostan-nya hanya demi mendengar ocehan dari mulutku.Dan juga buat kalian yang selalu membagi kegelisahan hidupnya kepadaku. Karena kalianlah aku benar-benar merasa hidup. Karena kalian jugalah aku merasa bahwa hidup ini harus dimaknai dan dihargai sepenuhnya.


-Amorfati-




Hidupku pada bulan Juli hingga Agustus



Diawal bulan Juli 2008 kumulai kehidupanku tinggal di desa yang cukup pelosok,kenapa aku bilang desa pelosok karena jarak tempuh kita dari kota ke desa tersebut cukup memakan waktu.Desa itu bernama desa Pondok Bungur tepatnya di kawasan Purwakarta. Aku pergi kesana bukan untuk liburan bersama teman-teman lamaku melainkan karena tugas kuliahku yaitu menyelesaikan program ini.Program kuliah kerja nyata.


Hari pertama, seperti biasanya aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru kukenal,khususnya tempat dimana aku tidur. Pertama aku tidak bisa tidur di tempat di mana bantal,guling dan kasurnya tidak pernah aku kenal dari warna,bentuk dan aromanya. Kedua selalu saja aku punya masalah apabila aku mencoba tidur di tempat orang lain selalu saja aku batuk-batuk. Bukannya alergi pada tempat yang kotor, ditempat tidur yang bersih saja apabila aku mencoba tidur selalu saja aku batuk-batuk jika aku tidak mengenal medan tersebut.


***


Di desa itu aku bersama teman-temanku tinggal menumpang dirumah seorang nenek yang dirumahnya juga ditingali oleh anak dan cucunya.Rumah yang cukup luas karena baik dari kursi,meja hingga perabotan sama sekali tidak mereka punyai.Nenek tersebut dan anaknya bekerja sebagai petani. Petani yang mempunyai tanah.


Pada awalnya banyak hal yang tidak aku dan teman-temanku ketahui mengenai desa itu tapi lama kelamaan kita jadi mengetahui itu semua dikarenakan kita sering mendapatkan info dari nenek itu dan anaknya lewat obrolan ringan. Makanya aku beranggapan semua yang kita lakukan berangkat dari rumah nenek yang aku dan teman-temanku tumpangi dari rapat program sampai program yang diluar program kelompokku seperti berenang disungai,menyusuri lembah dan hutan hingga pergi ketempat orang “pintar” hanya sekedar untuk iseng saja.Membunuh waktu kata teman-temanku


***


Hari demi hari aku lalui tak terasa bahwa sudah dua bulan aku menetap di desa itu.Selesai sudah program kelompokku di desa itu. Satu beban terselesaikan tapi tiba-tiba beban yang lain datang menghampiri hidupku. Di hari kepulangan kelompokku aku merasa berat sekali untuk meninggalkan desa itu.Karena banyak hal yang aku cintai disana. Sungainya,sawahnya, udaranya,langitnya, nasinya, dan tentunya keakrabannya. Hingga pada akhirnya yang aku dapat luapkan pada saat itu ialah membiarkan diriku menangis,menangis layaknya anak kecil yang di ajak ibunya untuk pindah rumah karena rumah yang ditinggali oleh anak kecil tersebut habis kontraknya.

***


Aku memeluk satu per satu orang yang aku cintai disana, setiap langkah demi langkah menuju kepulanganku aku berkata dalam hati untuk berpamitan dengan alam sekitar. “Aku pulang, terima kasih sudah menerimaku dan mebahagiakanku” dalam hatiku aku berkata. Dalam perjalanan pulang kupotret semua hal yang ada disana, baik dan buruknya.Kulihat dalam pikiran lalu kusimpan di album kehidupanku.


***


Aku akan merindukan semua hal di tempat itu termasuk juga omelan pagi hari yang selalu didendangkan oleh ibu itu. Yang selalu juga berkata kepadaku dan kawan-kawanku ”sare wae,salat subuh atuh! Tong jiga korodok!”(tidur mulu,salat subuh dong! Jangan kayak kodok!). Walaupun aku dan teman-temanku tidak pernah mau bangun untuk salat tapi kita selalu menanggapi beliau dengan kentut. Kentut yang bersuara. Bukan salat melainkan kentut. Beliau tidak marah sama sekali malah apabila kita sudah bangun dan bercakap-cakap dengan beliau, beliau Cuma berkata “kalian ternyata sehat soalnya kalo pagi kentutnya nyaring suaranya”. Aku tidak tahu artinya tapi aku hanya menanggapi beliau dengan senyuman saja.


Sesampai dikosanku, pada malam harinya aku mau tidur, tidur menggunakan sleeping bag yang biasa aku gunakan disana, bukan tidur di spring bed kepunyaanku. Aku merebahkan badanku dan mulai membuka album kehidupanku dari bulan Juli hingga Agustus.Aku tertidur. Tidur yang begitu indah buatku. Indah, layaknya lansekap yang sering kulihat di tempat itu. Ya, desa itu.