Rabu, 20 Januari 2010

Review Buku

Judul : Zaman Edan ( Indonesia di ambang kehancuran)
Penulis : Richard Llyod Parry


Ada tiga bahasan yang terdapat di buku ini yaitu mengenai pertempuran suku, antara suku Madura dan Dayak yang sampai pada akhirnya pertempuran tersebut juga dilanjutkan oleh ras melayu. Lantas juga mengenai kasus Mei 1998 dimana saat itu Indonesia sedang mengalami depresi ekonomi yang dilanjutkan dengan aksi mahasiswa besar-besaran dan yang terakhir ialah mengenai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timor timur yang dilakukan oleh TNI dan Brimob. Di dalam buku yang terdiri dari 451 halaman, hampir keseluruhan membahas berbagai macam kekerasan dan konspirasi. Yang menarik pada buku ini ialah penulis memunculkan ke permukaan bahwa dalam tiga kasus besar tersebut ada keterlibatan TNI dan Brimob. Dan nama yang sering muncul pada buku tersebut yang dianggap sebagai dalang kekerasan yang melanda daerah-daerah konflik ialah Wiranto dan Prabowo. Dalam hal pendanaan persenjataan,perekrutan lumpen-lumpen seperti Eurico Guiteres dan perintah untuk melakukan semua tindakan represif, Wiranto dan Prabowo punya andil dalam hal tersebut, Begitu menurut penulis yang mendapatkan data dari penduduk setempat,tokoh masyarakat,tokoh agama,mahasiswa,diplomat hingga gerilyawan yang berada di dalam hutan.Setelah membaca buku ini aku jadi ingat kutipan Crimethinc yang berkata “ apabila kamu percaya dengan aparat, itu sama saja kamu rela peluru mereka bersangkar dikepalamu”.Tabik.

Jumat, 15 Januari 2010

AKU JANJI PADA DIRIKU SENDIRI AKU AKAN SELALU BANGUN DAN TIDAK AKAN PERNAH TIDUR

Aku tadi baru saja makan, sekarang aku kenyang namun aku tahu ada orang disekelilingku baik yang kukenal maupun tidak kukenal yang sampai saat ini masih berusaha mencari uang untuk memenuhi kehidupannya, termasuk memenuhi kebutuhan akan rasa lapar.Kebutuhan dasar manusia selain seks.

Jika dirunut kembali aku masih ingat sebelum aku makan tadi, aku sama sekali tidak memegang uang sepeser pun. Yang ada hanya rokok Djarum Superku,itupun sebatang.Uang di dompetku memang sudah menipis dari seminggu yang lalu.Sebabnya, akupun tak tahu. Karena aku merasa jalani hari demi hari paling-paling hanya makan sehari dua kali ditambah rokok,nonton bioskop itu juga hanya sesekali.Jalan-jalan sekitar bulan ini?itu juga tidak pernah. Yang aku tahu hanya akibatnya sekarang yaitu: uangku sudah habis titik.

Selang beberapa hari disaat keuanganku menipis aku memberanikan diri untuk memberitahukan diriku saat ini sedang tidak punya uang kepada mereka, orang tuaku dan pada akhirnya tadi, aku mendapat suntikan dana kembali dari mereka(karena anak takdir sebenarnya ialah sang parasit buat orang tua).Di sms lah aku oleh ayahku bahwa uang sudah ditransfer.Sorenya aku pun mengambilnya.Kuambil pecahan dua puluh ribu agar mudah aku membeli barang yang harganya murah karena biasanya apabila kelipatan lima puluh ribu hingga seratus ribu pedagang malas untuk melayaniku yang punya kebiasaan membeli rokok hanya tiga batang saja. Alasannya dari dulu sama:tidak ada kembaliannya A’.

Setelah mengambil uang aku pun langsung membeli beberapa kebutuhanku seperti pulsa,rokok dan makanan. Menu makan malamku kali ini ialah ayam presto.Ayam goreng yang bertulang lunak yang di dalamnya kita bisa menambah tambahan variasi seperti kol dan usus goreng.

Ritual makan malamku sudah selesai. Aku seperti lupa daratan karena menemukan titik nyaman ; aku saat ini sudah menyimpan uang di dompetku. Baru berjalan beberapa meter dari tempat makanku tadi,semua berubah. Pikiranku tiba-tiba menjalang. Aku melihat tukang jagung bakar yang kemungkinan besar tidak punya daya saing besar dengan pasar Jatinangor(dengan kios-kios makanan kecil lainnya),seperti halnya Indonesia menjalin hubungan perdagangan bebas dengan Cina. Yang punya tujuan buatku pribadi ialah berusaha untuk membunuh dirinya sendiri.

Aku tetap berjalan kala itu namun setelah melangkah sekitar dua langkah seperti ada cahaya kilat yang menghampiriku,lalu muncul rasa dan akupun tahu rasa itu.Itu iba. Iba yang aku maknai sebagai rasa khawatir,rasa sakit jika melihat saudaranya sendiri dibunuh pelan-pelan oleh keadaan yang tidak pernah adil bagi hidupnya.

Lalu kuurungkan niatku untuk terus terus tetap berjalan. Aku berbalik ke belakang menghampiri pedagang jagung bakar tersebut. Aku bilang padanya” A’ jagung bakar satu” ,pedagang jagung bakar itupun langsung segera bangun dari duduknya dan sesegera mungkin membakarkan jagungnya itu buatku. Aku bertanya lagi padanya “ baru A’ dagang disini? Soalnya saya ga pernah ngeliat AA’ dagang disini”, dia pun menjawab “ iya A’ saya baru jualan didieu,ini juga nyoba-nyoba”. Mendengar jawabnya aku tidak mengeluarkan respon apapun.Setelah menunggu jagung bakarku jadi. Aku bertanya lagi padanya “berapa A’? dia menjawabnya “dua ribu aja A’. Aku membayarnya dan berucap “nuhun A’ semoga yang beli rame A’ soalnya malem ini lagi dingin” dia pun menjawab “ iya A’ “, sambil tersenyum. Setelah jagung bakarku jadi aku pun mengucapkan terima kasih lagi lalu aku melangkah,langkah kali ini sedikit mudah tidak seberat tadi namun tetap saja pikiranku masih saja menjalang.

Sesampainya aku dikosan aku lalu ke kamar temanku.Kuberikan temanku itu jagung bakar yang telah kubeli tadi karena aku sudah kenyang. Tanpa berbasa basi dengannya aku langsung masuk ke kamarku. Aku kunci kamarku lalu mulailah sebuah petualangan rasa dan pikir di dalam kamarku .Kunyalakan dupa,duduk dengan tenang lalu mulai kutarik nafas dalam-dalam.

Cerita petualangan ini berawal ketika aku mulai menolak sistem amal,zakat dan sumbangan. Aku menolaknya dengan keras karena satu alasan dengan cara itu manusia tidak akan melihat manusia sebagai manusia. Yang memberi amal,zakat atau sumbangan meskipun niat mereka baik namun tetap saja jatuhnya ada suatu kecelakaan prosedural yang salah dalam sebuah sistem kebudayaan seperti ini.Mungkin kalian sudah tahu kata-kata mutiara seperti “tangan diatas lebih baik ketimbang tangan yang di bawah”. Dengan kata-kata tersebut sudah jelas bukan, nilai kebaikan punya siapa dan yang akan mendapatkannya siapa.

Dalam petualangan alam bawah sadarku, aku pun tidak bisa memungkiri cara orang beramal,berzakat dan memberi sumbangan itu ialah salah satu cara yang efektif namun……




Aku membuang nafas secara perlahan,kubuka kedua mataku. Aku sadar untuk kesekian kalinya, aku tahu siapa-siapa saja yang harus kubuat mampus untuk kedepannya. Semoga diriku panjang umur agar aku mampu membunuh mereka dengan tanganku sendiri.Dengan panah Rama untuk membungkam Rahwana dan para raksasa yang menahan kekasihnya,Shinta.

Kamis, 07 Januari 2010

Kungkum

Dengan membawa bir,makanan ringan dan uang secukupnya,aku dan beberapa kawanku pelesir ke pantai. Pelesir kali ini buatku pribadi ialah keinginanku untuk melihat dan menyatukan diriku kembali dengan apa yang dinamakan Gan Eden,Pairidaeza,Taman Firdaus atau apalah itu namanya(aku tidak butuh penamaan dan definisi yang jelas sebenarnya dalam mengungkapkan sebuah makna).

***

Taman Firdaus yang kumaksud bukanlah sebuah pantai yang memesonakan matamu. Tempat atau wadah itu lebih dari pikiran kita yang picik (rasionalitas modern,hitung-hitungan yang sangat matematis).Maka tolong lupakan gambaranmu mengenai Surga,taman Firdaus,Promise Land yang kamu dapat dari buku-buku.Karena hal ini ialah suatu yang purba, maka kamu tidak bisa menjawabnya hanya dengan cara ingin tahu lalu browsing di internet atau membeli buku lalu mendapat pengertian akan hal itu.Tidak wahai Homo Sapiens.Tidak.Engkau tidak akan pernah mengerti jika engkau aku dan semuanya tidak pernah mempertautkan dirimu dengan merasakan lantas menjalaninya dengan cara yang lembut namun panas seperti bara api,dengan asah dengan asih dengan asuh.Sesuatu yang purba.Dimana bukan bunga yang kamu cari namun akar dan tunas yang kamu genggam dan kamu tanam.

***

Aku tidak memilih laut sebagai tempat pencarian atas diriku,begitu pula laut tidak memilihku untuk mengunjunginya. Sebenarnya hanya sebuah ikatanlah yang dengan sadar aku terlibat di dalamnya yang pada akhirnya aku dan laut punya kerinduan yang terdalam Sebuah ikatan yang dilupakan oleh kita semua dimana unsur air meliputi hampir dikeseluruhan tubuh kita begitu juga bumi yang selalu menyimpan unsur air disekitarnya baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Sesaat setelah aku sampai di bibir pantai aku mulai mengucapkan salam.Aku berkata kepada laut “wahai Indung betapa rindunya diriku ini kepadamu”. Lalu aku mulai mendatanginya,aku mencoba melarungkan diriku dan mulai melontarkan kata-kata purba yang dulu muncul dalam meditasiku.Kubisikan kata-kata tersebut dalam hatiku.Dengan pengulangan yang ikhlas. Seketika itu juga badanku hangat. Aku Shunya. Nibbana ini dengan perlahan membuatku hangat. Begitu hangat dan lambat. Hingga di satu titik aku sadar aku ialah anak haram dari peradaban ini.